Ilustasi/Haluan
PADANG, HARIANHALUAN.COM – Pascapengeroyokan Kanit Reskrim Polsekta Pauh, Ipda Syafwal, polisi intens melakukan penyisiran untuk mencari pelaku pengeroyokan di lokasi, Jalan Wak Ketok Koto Parak, Kelurahan Pisang, Kecamatan Pauh, Padang. Penyisiran yang dilakukan aparat itu membuat resah dan memantik rasa takut warga.
Haluan mencoba menyelusuri lokasi kejadian. Secara kasat mata terlihat aktivitas masyarakat setempat tidak seperti biasa. Namun, mental warga down. Sebanyak 85 keluarga tengah ketakutan karena penyisiran yang dilakukan.
“Warga takut. Sangat cemas. Telah dua kali polisi datang ke permukiman untuk mencari pelaku pengeroyokan. Hal ini dilakukan pada Minggu malam (7/1) pukul 23.00 WIB dan Senin (8/1),” terang Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, Darman, Senin (8/1).
Menurut Darman, seorang warga sempat diamankan dan dibawa polisi. Namun, karena tidak terbukti terlibat pengeroyokan yang terjadi pada Minggu dinihari, warga tersebut dilepaskan.
“Polisi datang, rumah warga juga diperiksa. Langkah yang dilakukan polisi ini tentu membuat kami sangat ketakutan. Kami yang tidak tahu apa-apa juga jadi imbasnya. Bahkan ada warga yang diamankan, tapi dilepaskan lagi karena tidak cukup bukti,” sambungnya.
Penyisiran di lokasi yang dilakukan pihak kepolisian membuat aktivitas sehari-hari masyarakat jadi terganggu. Bahkan, anak-anak ketakutan sehingga tidak mau pergi sekolah.
“Kami berencana membuat surat atas keresahan warga di sini yang akan ditembuskan kepada kelurahan dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Wali Kota Padang dan Gubernur Sumbar. Kami sangat butuh perlindungan. Kejadian ini membuat tidur kami tidak nyenyak,” ulasnya.
Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Syamsi, mengatakan pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Terkait adanya sekelompok polisi yang melakukan penyisiran di permukiman warga untuk mencari pelaku pengeroyokan, dia enggan berkomentar.
“Kalau soal itu silakan tanya langsung ke Kapolresta Padang. Di luar itu, kasus pengeroyokan terhadap Kanit Reskrim Polsekta Pauh terus kita dalami,” terangnya.
Jalani Operasi Kepala
Ipda Syafwal hingga Senin (8/1) masih menjalani perawatan intesif di Semen Padang Hospital (SPH). Perwira tersebut telah menjalani operasi di bagian kepala yang terluka akibat pukulan massa. Ipda Syafwal mendapat perawatan di ruangan VIP, lantai lima, kamar 504 Saphire. Hingga pukul 11.30 WIB, para rekan sesama profesi terus silih berganti membezuk.
Meski masih terbaring lemah, kondisi Ipda Syafwal mulai membaik dan sudah sadarkan diri dan bisa diajak berkomunikasi. ” Minggu, Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Bayu Wisnumurti juga sudah datang membezuk saya,” katanya.
Ipda Syafwal menceritakan, saat kejadian dirinya tidak mengetahui benda apa yang digunakan massa untuk memukulinya. Sewaktu kejadian, dia sudah menyebutkan identitas sebagai polisi dan memberikan peringatan. Namun warga tak acuh saja dan terus mengejar serta memukulinya hingga ke areal persawahan. Sebelum dipukuli, Syafwal yang berniat menangkap seorang pelaku penganiayaan di lokasi pesta sempat diteriaki maling.
“Siapa yang menyoraki maling saya tidak tahu, karena massa sangat banyak. Sedangkan pelaku penganiayaan yang bernama Danil yang akan ditangkap malam itu sudah lama diburu,” terangnya.
Ipda Syafwal mengungkapkan, saat massa mengepung dan melakukan pengejaran, dirinya masih mampu menahan diri meski tangannya memegang senjata api. Tembakan senjata api miliknya hanya diletuskan ke atas untuk mengurai massa, namun tetap tidak dihiraukan.
“Massa tidak terkendali dan terus mengejar saya yang lari ke sawah. Saya tetap tidak mau menggunakan senjata walau sudah di genggaman. Saya tidak ingin melukai masyarakat. Kalau saya tidak bisa menahan diri, akan banyak makan korban dan akan berimbas juga pada institusi,” ulasnya.
Sementara itu, Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Bayu Wisnumurti mengatakan telah menginstruksikan Polresta Padang dan jajaran untuk segera menangkap puluhan pelaku pengeroyokan terhadap Ipda Syafwal.
“Kita sangat prihatin atas kejadian yang menimpa Kanit Reskrim Polsekta Pauh. Sebab itu, diminta kepada Kapolresta supaya menangkap segera para pelaku pengeroyokan. Apalagi, anggota yang dikeroyok itu menjalankan tugas untuk menangkap pelaku penganiayaan,” kata Bayu di Mapolda Sumbar.
Brigjen Pol Bayu menambahkan, kejadian tersebut merupakan salah satu resiko polisi dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Dia meminta setiap anggota mengutamakan keselamatannya dalam bertugas, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Kita memang sangat menyayangkan aksi massa yang main hakim sendiri padahal anggota di lapangan sudah menyebutkan identitasnya dan bahkan memberikan tembakan peringatan. Seharusnya masyarakat lebih cerdas lagi dalam menyikapi suatu persoalan. Jangan bertindak sendiri yang bisa berdampak pada orang lain, pemikiran yang seperti ini harus diubah,” ungkap Bayu.