Ikal (27), seorang warga setempat menantang maut saat melintasi jembatan dengan kawat baja.
PAINAN, HARIANHALUAN.Com- Karena tidak memiliki jembatan, warga desa di Ampalu Kecamatan Suterah Kabupaten Pesisir Selatan, setiap hari harus menyeberangi sungai dengan menggunakan seutas tali baja.
Di pantau Harianhaluan.Com di lokasi, nampak tidak hanya orang dewasa, anak-anak yang hendak berangkat sekolah pun turut menggantungkan nyawanya pada seutas tali tersebut. Bahkan seorang ibu yang menggendong anaknya nampak tidak takut menantang bahaya tersebut
Untuk menopang tubuh mereka hanya digunakan seutas tali baja yang diikatkan kebatang pohon besar yang digantung dengan kawat baja hasil swadaya masyarakat setempat.
Hal itu terpaksa mereka lakukan lantaran tidak adanya fasilitas jembatan penyeberangan untuk menunju lahan pertanian dan rumah. Kegiatan menantang maut dengan menyebrangi sungai itu telah dilakukan puluhan tahun.
Sungai Ampalu di Sutera ini yang letaknya sekitar 5 jam dari pasar Surantih memiliki kedalaman 3 hingga 6 meter dengan bebatuan yang besar berada di sepanjang sungai dengan arus yang cukup deras.
Ironisnya kegiatan menantang maut ini telah menopang kegiatan warga selama puluhan tahun tanpa tersentuh bantuan dari pemerintah. “Ya mau bagaimana lagi, mau tidak mau saya dan warga harus melalui jembatan ini dan berkemungkinan bisa-bisa terpelset ke dalam sungai yang deras ini,”ujarnya Ikal (27) warga setempat kepada HarianHaluan.Com, Sabtu (7/7)t.
Ia menambahkan, jembatan itu adalah akses satu-satunya untuk sampai ke seberang jalan.
Hal yang sama juga dibeberkan Sintam (60) yang mempunyai lahan pertanian gambir. “Saya sudah terbiasa melewati jembatan seperti ini tiap harinya. Namun sebaiknya jembatan ini harus diperbaiki secepat mungkin agar warga dan anak-anak yang ke sekolah bisa datang tepat waktu,”tegasnya (h/mg-jeb)