Banjarnegara – Harga kebutuhan pokok di daerah terisolir akibat dampak tanah bergerak di Banjarnegara mulai merangkak naik. Di sisi lain, harga hasil panen warga justru turun 50 persen dari harga sebelumnya.
Hingga saat ini, untuk menuju dusun Sikenong Desa Bantar serta Desa Suwidak masih sulit dilalui. Adapun jalur alternatif yang mulai dibuat hari ini harus memutar sejauh 3 kilometer. Jalan alternatif tersebut masih sebatas jalan setapak.
Salah satu warga Desa Suwidak Sarwan (47) menuturkan saat ini harga kebutuhan pokok di desanya sudah mulai merangkak naik. Meski di beberapa warung masih buka, namun harganya naik karena sulitnya akses jalan menuju desanya.
“Misalnya harga gas elpiji 3 kilogram yang sebelumnya harga Rp 23 ribu per tabung sekarang sudah menjadi Rp 35 ribu per tabung,” ujarnya saay dihubungi wartawan, Selasa (9/1/2018).
Adapaun untuk kebutuhan pangan lainnya, Sarwan memprediksi masih bertahan hingga dua hari ke depan. Namun dia tak bisa memprediksi untuk setelahnya. Ia berharap agar sebelum dua hari pasokan kebutuhan pokok sudah bisa masuk ke desanya.
“Untuk kebutuhan beras misalnya masih cukup untuk dua hari ke depan, tetapi setelah itu bagaimana kami belum tahu,” tuturnya.
Sementara untuk hasil pertanian, warga Desa Suwidak yang sebagian besar sebagai petani salak ini harus rela menjual hasil panennya separuh harga. Jika sebelumnya per kilogram bisa mencapai Rp 3.500 saat ini berkisar Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per kilogram.
“Harga itu karena untuk biaya angkut melalui jalur yang sulit dilalui,” kata dia.
Hal serupa juga dikatakan Kades Bantar Eko Purwanto. Ditemui di kantor BPBD Banjarnegara, Eko menuturkan saat ini harga kebutuhan pokok di Dusun Sikonong sudah naik dua kali lipat.
“Sedangkan sepeda motor tidak bisa digunakan karena di sana juga tidak ada bahan bakarnya,” ungkapnya.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala BPBD Banjarnegara Arif Rahman mengatakan pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan Dinas Ketahanan Pangan untuk mencukupi kebutuhan pokok ke desa terisolir.
Apalagi saat ini jalur alternatif sudah dibuka meski hanya setapak dan untuk jalan kaki.
“Sudah ada jalan menuju ke lokasi desa yang terisolir. Sehingga harapannya suplai kebutuhan pokok lebih lancar,” kata Arif.
Ia menyebutkan, jumlah warga yang terisolir mencapai 2.919 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari satu desa di Desa Suwidak dan satu dusun di Dusun Sikenong Desa Bantar.
Untuk diketahui, Dusun Sikenong Desa Bantar dan Desa Suwidak terisolir mulai Senin (8/1) karena tanah gerak. Pergerakan tanah ini membuat jalan satu-satunya ke dearah tersebut putus total.
Berdasarkan keterangan Kades Bantar Eko Purwanto pergerakan tanah masih terjadi hingga Selasa (9/1) pukul 17.00 WIB. Pergerakan tanah ini ditandai bunyi patahan kayu.
“Sedangkan jalur alternatif sudah bisa dilalui hanya masih untuk jalan kaki. Dan untuk dropping kebutuhan pokok kemungkinan baru bisa dilakukan besok,” terang Eko.