
Apresiasi tersebut diberikan dalam bentuk pemberian uang tabungan masing-masing senilai Rp 25 juta kepada peraih medali emas, Rp 20 juta peraih medali perak, Rp 15 juta peraih medali perunggu, dan Rp 12,5 juta peraih medali diploma. Selain itu, para peraih medali mendapat apresiasi dari Bank BNI. Peraih medali emas mendapatkan Rp 2 juta, perak Rp 1,5 juta, perunggu Rp 1 juta, dan diploma Rp 500 ribu.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri menilai keberhasilan meraih gelar juara kedua di ASC sebagai bukti pekerja Indonesia kompeten dan mampu bersaing dengan pekerja dari negara lain.
Hanif menambahkan, meskipun menjadi juara kedua di bawah tuan rumah Thailand (16 emas, 4 perak, 3 perunggu, dan 13 diploma), rata-rata nilai Indonesia lebih tinggi dibanding Negeri Gajah Putih. Hal tersebut ia sampaikan saat memberikan sambutan dalam acara pemberian penghargaan kepada delegasi Indonesia untuk ASC, Jakarta, pada Kamis (6/9).
Nilai rata-rata Indonesia 717,66 dari 22 kejuruan yang diikuti 44 kompetitor, sedangkan Thailand memperoleh nilai 707,81 dari 26 kejuruan yang diikuti 52 kompetitornya.
“ASC kali ini tidak ada juara umum karena peraih medali emas terbanyak Thailand nilainya lebih rendah daripada Indonesia. Ini mengindikasikan kualitas skill dari angkatan kerja muda kita sedikit lebih baik di atas Thailand,” ujar Hanif.
Hanif melanjutkan 44 kompetitor yang telah berprestasi di ASC akan dipekerjakan menjadi instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK) milik Kemnaker.
Bahkan Hanif mengaku akan bicara dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka menjajaki kemungkinan menjadikan mereka sebagai pegawai negeri sipil (PNS), seperti atlet berprestasi di Asian Games 2018.
“Para kompetitor ini akan kita pekerjakan sebagai instruktur di BLK. Saya juga akan mengupayakan kemungkinan menjadikan mereka sebagai PNS,” ungkap Hanif.
Hanif mengingatkan, meskipun berhasil meraih prestasi membanggakan di ASC, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah terkait bagaimana mencetak tenaga kerja ahli yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia.
“Pekerjaan rumah ke depan masih sangat besar bagaimana spirit kemenangan semacam ini bisa terus kita perluas, bagaimana role modelterbaik di masing-masing bidang kejuruan bisa kita perbanyak (masifikasi),” ucap Hanif.
“Kualitas sudah ditunjukkan oleh teman-teman yang menjadi peserta ASC dan world skill competition. Di banyak kejuruan, di banyak bidang profesi, Indonesia juara. Hanya ini baru role model. Yang juara seperti ini ada berapa? Tugas kita, pemerintah, industri, perusahaan, dan masyarakat itu melakukan masifikasi agar para ahli ini bisa diperbanyak karena kebutuhan kita akan pekerja skill juga besar,” papar Hanif.
(ega/ega)