Inflasi 2017 3,61%, Ini Kata Gubernur BI

Inflasi 2017 3,61%, Ini Kata Gubernur BI

Jakarta – Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2017 tercatat 0,71% month to month (mtm) dan secara satu tahun penuh 2017 3,61%. Bank Indonesia (BI) menyebutkan angka inflasi ini dipengaruhi oleh volatile food.

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, pada Desember 2017 sempat ada tekanan sehingga angka inflasi lebih tinggi dari survei yang dilakukan BI di kisaran 0,6%.

“Kalau kita lihat inflasi 0,71% ada faktor volatile food, memang Desember ada tekanan sehingga itu lebih tinggi dari survei di minggu ketiga di kisaran 0,6%, tapi secara mtm selama 3 tahun terakhir volatile food terjaga rendah dan masih sesuai target,” kata Agus di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (3/1/2018).

Dia menjelaskan, tahun depan yang harus diwaspadai adalah kenaikan harga minyak dan harga pangan. Agus mengungkapkan, tahun depan pemerintah belum berencana untuk mengubah nilai subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2018 ini. “Itu sudah kebijakan, sehingga risiko bisa tetap terkendali,” imbuh dia.

Inflasi IHK pada Desember 2017 meningkat dibandingkan bulan lalu (0,20%, mtm) sesuai dengan pola musimannya. Inflasi Desember 2017 lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi Desember tiga tahun terakhir sebesar 1,28% (mtm).

Berdasarkan komponen, meningkatnya inflasi bulan ini terutama dipengaruhi oleh inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices di tengah rendahnya inflasi inti.

Inflasi inti tercatat sebesar 0,13% (mtm), sama dengan bulan lalu. Perkembangan tersebut sejalan dengan terjangkarnya ekspektasi inflasi, masih rendahnya permintaan domestik, nilai tukar yang stabil dan rendahnya harga global.

Kelompok volatile food tercatat inflasi sebesar 2,46% (mtm), meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 0,38% (mtm).

Inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, ikan segar, telur dan daging ayam ras, cabai merah, tomat dan cabai rawit. Kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm) meningkat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,21% (mtm).

Perkembangan tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif kereta api, dan angkutan antar kota sejalan dengan musim liburan dan penyesuaian bensin non subsidi. Selain itu, tekanan inflasi administered prices juga didorong oleh kenaikan tarif aneka rokok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

82 − 81 =