
PADANG, HARIANHALUAN.COM—Proses pelebaran Jalan Khatib Sulaiman nantinya hanya akan menyisakan dua tempat memutar bagi kendaraan yang hendak kembali ke arah berlawanan. Proyek pengerjaan yang telah dimulai sejak 7 Mei lalu dijadwalkan tuntas pada 7 November mendatang.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Padang, Dedi Henidal, kepada Haluan menjelaskan, lokasi memutar balik kendaraan tersebut akan berada di dekat Transmart dan SPBU Nomor 14-251-583 dekat Simpang Presiden, dan lokasi lainnya di depan SMP 25 Padang di dekat STIKES Indonesia.
“Penentuan dua lokasi memutar itu diputusakan setelah rapat koordinasi (rakor) antara Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, dan Kepolisian Lalu Lintas. Ini sudah melalui perhitungan yang matang semisal jumlah kendaraan yang lewat saat jam sibuk. Tujuannya untuk mengurai kemacetan,” ujarnya.
Selain itu, kata Dedi lagi, penentuan lokasi memutar itu telah mengikuti peraturan yang menyebutkan lokasi memutar semestinya mempunyai jarak minimal 800 meter. Jalan Khatib Sulaiman sendiri memiliki panjang lebih kurang 2800 meter.
“Saya tahu ini akan menuai perdebatan dari masyarakat dan pihak lainnya. Namun, ini merupakan upaya untuk mengurai kemacetan di Khatib Sulaiman,” kata Dedi lagi.
Di banyak kota besar lainnya di Indonesia, sambung Dedi, bahkan lokasi untuk memutar kendaraan kea rah berlawanan lebih jauh hingga mencapai dua kilometer.
Selain itu, Dedi juga menyebutkan, setelah proyek selesai, lampu lalu lintas di Simpang Presiden akan kembali beroperasi sebagaimana mestinya. “Ini upaya mengurangi kemacetan juga. Mudah-mudahan berjalan maksimal,” katanya kemudian.
Beberapa masyarakat saat ditanyai soal rencana akhir proyek tersebut mengaku tidak setuju. Fauzi (22), salah seorang warga menilai, dengan adanya dua lokasi memutar, maka akan terjadi penumpukan di dua titik tersebut.
“Kalau seperti itu, aneh saja. Masak ada dua putaran saja. Sementara kan di Khatib banyak kantor tempat mengurus ini dan itu. Kalau dua tempat memutar saja, masyarakat akan menumpuk di sana saja nanti. Tambah macet jadinya,” ujarnya menilai.
Deddy, warga Lolong Belanti mengatakan, keberadaan dua lokasi memutar di sepanjang Khatib Sulaiman hanya akan merugikan pengendara jalan, yang harus memakan waktu lebih lama di jalan, serta membuat bahan bakar kendaraan menjadi lebih boros dibanding sebelumnya.
“Siapa tahu ada warga yang datang dari arah UNP, rumahnya di dekat KPU, tapi untuk pulang harus putar ke ujung sampai SMP 25. Rugi waktu dan rugi bensin. Harusnya ini dipikirkan lagi. Jangan asal saja buat keputusan,” ujarnya sedikit kesar. (h/mg-mal)