PADANG PANJANG – Gempabumi darat 4,9 kembali mengguncang Kabupaten Pesisir Selatan, Ahad, (19/8/2018) pukul 11.22Wib. Gempa juga dirasakan cukup kuat di Kota Padang Panjang dan sekitarnya.
Warga setempat dilaporkan berhamburan keluar rumah begitu terjadi gempa. “Gempa dirasakan sedang oleh masyarakat di Padang Pariaman selama 2-3 detik. Tidak ada kepanikan. Sebagian masyarakat keluar rumah. Belum ada laporan kerusakan rumah, bangunan dan adanya korban jiwa,” tutur Plt. Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang, Fajar Dwi Prasetyo, Ahad (19/8/2018).
Gempa juga dirasakan warga di beberapa daerah seperti Padang Pariaman dengan kekuatan ringan selama tiga detik.
Di Padang gempa ringan dirasakan warga selama 2-3 detik. Sedangkan di Kota Pessel, gempa lemah berlangsung tiga detik.
“Kekuatan gempanya cukup besar yaitu 4,9 SR tetapi berada 75 kilometer barat daya Kota Padang Panjang pada kedalaman dasar laut 23 kilometer sehingga dampak guncangan yang dirasakan tidak keras dan tidak berpotensi terjadi tsunami,” kata Plt. Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang, Fajar Dwi Prasetyo
Fajar Dwi Prasetyo memprediksi gempa tersebut tidak akan menimbulkan kerusakan. Hal tersebut melihat intensitas gempa yang dirasakan maksimal adalah sedang.
Plt. Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang, Fajar Dwi Prasetyo, mengatakan Gempabumi dengan kekuatan Magnitudo 4.9 SR Pusat gempabumi ini berada di laut pada koordinat 0.64 Lintang Selatan dan 99.74 Bujur Timur, sekitar 42 kilometer Barat Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, pada kedalaman hiposenter 24 kilometer.
Berdasarkan laporan dari masyarakan goncangan tersebut dirasakan di Kota Padang Panjang II MMI, Padang II MMI, Kab. Pariman II-III MMI, Pasaman II MMI,Lubuk Basung II MMI dengan Skala Intensitas Gempabumi BMKG (SIG-BMKG) antara I-II SIG
Lanjutnya, Jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa Tenggara. Pada sistim subduksi Sumatera dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang non vulkanik (Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano). Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan sekitar 50-60 mm/tahun. Batas antar 2 (dua) lempeng ini terdapat zona subduksi dangkal atau yang disebut sebagai Megathurst Subduction Sumatera inilah yang saat ini menjadi perhatian masyarakat karena diprediksi masih menyimpan potensi gempabumi dengan magnitudo 8.9 SR di zona ini yang popular dengan istilah Mentawai Megathrust.
Menurutnya, Berdasarkan catatan data sejarah kegempaan, daerah Sumatera Barat memang sudah berapa kali mengalami gempabumi merusak. Sejak 1822 hingga 2009 telah terjadi setidaknya 14 kali kejadian gempabumi kuat dan merusak di Sumatera Barat dan diantaranya menyebabkan tsunami. Sejarah panjang gempabumi merusak di Sumatera Barat, diantaranya adalah Gempabumi Padang (1822, 1835, 1981, 1991, 2005), Gempabumi Singkarak (1943), Gempabumi Pasaman (1977) dan Gempabumi Agam (2003). Sedangkan gempabumi yang diikuti gelombang tsunami terjadi di Mentawai (1861) dan Sori-Sori (1904).
Hasil monitoring BMKG Padang Panjang menunjukan hingga berita ini diturunkan sudah terjadi 1 kali gempa dibawah 5 SR. (RI)