BI Klaim Kenaikan Bunga Acuan Bukan Karena Panik

BI Klaim Kenaikan Bunga Acuan Bukan Karena PanikBank Indonesia (BI) mengklaim kebijakan menaikkan bunga acuan hingga 50 bps menjadi 5,25 persen bukan cerminan kepanikan bank sentral. (CNN Indonesia/Safir Makki).

 

 

 

 

Jakarta, CNN Indonesia — Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa keputusan menaikkan bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen bukanlah cerminan bahwa bank sentral nasional tengah panik. Tudingan kepanikan berasal dari tekanan global yang membuat stabilitas nilai tukar rupiah terguncang.

Perry Warjiyo, Gubernur BI mengatakan keputusan untuk menaikkan bunga acuan pada bulan ini sejatinya didasari pada pertimbangan akan kondisi ekonomi terkini dan sesuai pada kerangka kerja BI.

“Apakah wajah saya dan para Deputi Gubernur Senior ini menunjukkan kepanikan? Kan kami mengambil kebijakan sesuai kerangka yang baku dan telah dibangun sejak lama,” ujarnya di Kompleks BI, Jumat (29/6).

Dari sisi kondisi ekonomi terkini, sambung dia, memang terlihat bahwa pergerakannya sangat cepat dan memberi tekanan besar terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.

Untuk itu, sebagai repsons dan mitigasi atas perkembangan ekonomi terkini, BI mengambil langkah yang lebih pre-emtivefront loading, dan ahead the curve.

“Makanya, kami update (perbarui) dan buat simulasi baru dan ini terus kami diskusikan di Rapat Dewan Gubernur, bahkan juga di pertemuan komite sebelumnya. Kenaikan 50 bps ini, benar-benar keputusan yang didasari pada kerangka tadi,” terang dia.

Dengan kembali mengerek bunga acuan, maka sepanjang tahun ini, BI telah menaikkan bunga acuan hingga 100 basis poin. Sedangkan sampai akhir tahun ini, Perry belum ingin memberi kepastian apakah akan terjadi kenaikan bunga acuan BI lagi atau tidak.

Sebab, kenaikan bunga acuan BI ini cukup sejalan dengan langkah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, yang telah mengerek bunga hingga dua kali sampai Juni lalu, hingga 50 bps. Namun, The Fed telah memberi sinyal bahwa akan kembali menaikkan bunga lagi sampai akhir tahun.

Terkait hal ini, Perry bilang ke depan BI tetap akan menggunakan kerangka kerja yang berlaku, yaitu mencermati perubahan kondisi ekonomi global dan domestik. Meski, arah kebijakan (stance) BI tak lagi di posisi normal.

“Dari sisi kebijakan moneter, kami beralih dari netral ke cenderung ketat. Bahkan sedikit di atas dari cenderung ketat itu (hawkish). Karena ini tujuannya untuk memperkuat,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

92 − 86 =