Pembelian SBN oleh BI di pasar sekunder sebagai bentuk intervensi BI guna menstabilkan nilai tukar rupiah. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia — Bank Indonesia (BI) mengaku telah menggelontorkan dana sebesar Rp18,5 trilun sejak awal tahun hingga Rabu (11/7) atau year to date (ytd) untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Nanang Hendarsah mengungkapkan hal itu dilakukan sebagai bentuk intervensi BI demi menstabilkan nilai tukar rupiah yang sedang terkapar.
“Jadi BI melakukan stabilisasi di pasar SBN, tepatnya di pasar sekunder. BI juga masuk ke pasar primer,” kata Nanang, Rabu (11/7).
Nanang menyatakan pembelian SBN di pasar primer juga dibutuhkan untuk penggunaan operasi moneter. Namun, transaksi tersebut tidak termasuk upaya guna menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Di pasar primer ini SBN yang berjangka waktu di bawah satu tahun atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN),” terang Nanang.
Untuk pembelian di pasar primer, BI telah mengucurkan dana Rp42 triliun. Dengan demikian, jumlah SBN yang telah dibeli BI secara ytd baik di pasar primer dan sekunder mencapai Rp60,5 triliun.
“Ke depan kami akan terus gunakan banyak SBN untuk pengelolaan likuiditas, jadi memang kami perlukan akumulasi SBN ini,” jelas Nanang.
Kendati demikian, hal itu belum cukup berhasil membuat nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, rupiah hingga kini masih berada di kisaran Rp14.300 per dolar AS.
“Tapi Indonesia masih cukup bagus penurunannya sejak awal tahun lima persenan, mata uang negara lain lebih dari itu. Brazil misalnya, mungkin di atas 10 persen,” jelas Nanang.
Selain intervensi dalam bentuk pembelian SBN di pasar sekunder, BI juga berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah dengan menaikkan suku bunga acuan. Sepanjang tahun ini saja BI telah mengerek suku bunga acuan mencapai 100 basis poin.
“Semua negara menaikkan suku bunga sekarang ini karena likuiditas global lagi ketat, jadi menaikkan suku bunga preventif, preventif menghadapi kenaikan suku bunga The Fed dua kali lagi,” pungkas Nanang. (agi)